II. Pengembangan Strategi Keamanan dan Ketertiban
1. Latma Gultor TNI-POLRI
• Terorisme masih menjadi ancaman di Indonesia di tahun-tahun yang akan datang. Dengan semakin majunya teknologi di bidang Komunikasi dan Transportasi menyebabkan jarak dan waktu tidak lagi menjadi kendala bagi berpindahnya informasi dari satu sisi bumi ke sisi bumi lainnya.
• Kejadian di suatu tempat akan dengan cepat memprovokasi kejadian serupa untuk dilakukan di Indonesia, yang sebagai negara multi kultural dan dengan tingkat perekonomian yang sedang berkembang, Indonesia cukup rentan terhadap bahaya serangan tindak pidana terorisme.
• Serangan teror yang bersifat simultan dan sporadis yang terjadi di Mumbai, India pada tanggal 26-27 November 2008, telah mengilhami TNI-Polri untuk melakukan kerjasama penanggulangan aksi teror serupa.
• Latma GULTOR TNI-Polri 2010 merupakan salah satu solusi melatih kesiap-siagaan aparat TNI maupun Polri dalam operasi penanggulangan terorisme.
• Pada skenario pembajakan dan penyanderaan disertai ancaman peledakan kapal tanker di perairan Teluk Jakarta. Polres Pelabuhan Tanjung Priok bekerja sama dengan Satuan Komando Pasukan Katak TNI-AL dengan didukung stake holder yang berada di Pelabuhan Tanjung Priok, telah berhasil melumpuhkan dan mengevakuasi gerombolan teroris. Latihan yang melibatkan sedikitnya 400 personel ini terdiri:
- 6 unsur Polres Pelabuhan Tanjung Priok
- 5 unsur Bantek Polri
- 1 unsur Komando Satuan Katak TNI-AL
- 12 unsur satuan samping (stake holder)
- 13 buah Kapal laut
- 1 buah helikopter
- 26 buah kendaraan bermotor.
• Latihan ini akan menjadi agenda rutin yang akan dilaksanakan setiap tahun. •
2. Blanko Unjuk Rasa
• Kawasan Pelabuhan Tanjung Priok yang sarat dengan dinamika hubungan industrial menyebabkan sering terjadinya unjuk rasa (unras) para buruh yang tidak puas dengan perlakuan perusahaan terhadap mereka.
• Sebagai salah satu wujud kebebasan menyampaikan pendapat yang dilindungi Undang-Undang, unjuk rasa perlu dilayani sehingga dapat berlangsung dengan tertib.
• Pengisian Blanko Unjuk Rasa yang diisi oleh koordinator lapangan (korlap), setidaknya memberikan efek psikologis kepada korlap agar mengendalikan peserta unras untuk melaksanakan aksinya secara tertib. •
3. Pembuatan Data Intelijen
• Kemudahan dalam mengakses data sekaligus pembaruan data-data, sehingga diperlukan sebuah program atau data¬base untuk meng-input data-data jaringan intelijen, hasil dari pembinaan jaringan maupun pembentukan jaringan.
• Data-data tersebut dimasukan ke dalam suatu aplikasi komputer, yang mudah diperoleh apabila diperlukan data berupa identitas, foto, maupun riwayat seseorang.
• Pembinaan dan pembentukan jaringan ini selalu di-update, dan setiap anggota intelijen memiliki target sesuai dengan potensi jaringan yang ada. •
4. CCTV
Adanya CCTV adalah upaya Sat Reskrim dalam melaksanakan transparansi yang komunikatif dalam usaha penyidikan tindak pidana, dan mewujudkan kepastian hukum dalam era keterbukaan ini baik secara profesional, proporsional, transparan, dan akuntabel.
Juga dalam pelaksanaan pemeriksaan tersangka maupun saksi, dan upaya untuk menghindari tindak kekerasan serta penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh penyidik.
Dan juga, mengantisipasi jangan sampai terjadi pencabutan Keterangan Pemeriksaan) secara sepihak dalam sidang pengadilan yang dilakukan oleh tersangka maupun saksi.